Kamu baru berpisah dengannya beberapa waktu yang lalu.
Rasa sakit dan cinta itu masih berbekas di hati.
Harapan untuk kembali masih terpatri disana.
Dia yang masih sering menghubungimu.
Kamu yang masih bahagia melihat panggilan darinya, tentunya akan mengangkat telepon yang berasal dari dirinya.
Membalas chat yang dia kirimkan.
Tapi dia akan menghilang ketika dia sibuk. Melupakanmu meski kamu mengirimkan pesan, dan mereject telepon saat kamu menghubungi.
Rasa sakit dan kecewa itu hadir kembali. Tapi kamu masih belum bisa melupakannya.
Hari-hari yang dilalui sudah terlalu berharga jika diakhiri sekarang.
Tapi untuk bertahan jiwa dan raga juga sudah lelah.
Hanya setitik cinta dan harapan yang masih membuat bertahan.
Air mata sudah sering jatuh di pipimu. Memikirkan apakah dia masih membutuhkan dirimu atau tidak.
Ragu itu makin kuat hari demi hari.
Perasaanmu berkata masih ingin bersamanya, tapi keadaan yang ada tidak lagi mendukung.
Dia terlalu sibuk dengan dirinya sendiri, sudah tidak memikirkan dirimu.
Jika kamu protes, dirimu malah terkena serangan balik. Katanya kamu tidak pengertian.
Sakit itu mendalam. Tapi kamu masih bertahan.
Cinta yang kamu tanam masih kuat berakar, tapi pupuk itu sudah tidak diberikan lagi.
Layu satu persatu daun yang rindang.
Lalu kamu mulai lelah. Tak ada kabar pun sudah tidak apa-apa.
Lalu kamu mulai bosan.
"Toh, kami sudah tak ada apa-apa lagi," pikirmu.
Jadi kamu mulai berpaling.
Memotong semua ranting-ranting perasaan satu demi satu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar