Ali duduk di base camp grup pecinta alamnya. Dio
disampingnya, mendengarkan sang sobat yang sedang curhat tentang masalah
remaja.
“Aku takut jatuh cinta padanya”
“hah? Kenapa memangnya dia? Sifatnya jelek ya?”
“enggak! Dia malah sangat baik, dia manis, pengertian dan
sangat menarik”
“terus? Kenapa?”
“aku…hanya takut jika aku jatuh cinta padanya, semua ini
akan salah”
“salah? Gak ada ya jatuh cinta itu salah! Cinta itu fitrah,
bung! Gak ada tuh cinta yang membawa malapetaka!”
“iya…aku tahu. Aku sangat tahu hal itu. Aku sudah jatuh
cinta padanya, bahkan aku sangat menyayanginya dan ingin selalu disisinya! Tapi
ada sesuatu yang mengganjal, dan ini membuatku merasa salah!”
Dio tertawa melihat sahabatnya, Ali. “hei, bro. kukasih tahu
nih ya, segala sesuatu itu pasti ada yang salah dan ada yang benernya! Aku tahu
banget, dari cara kamu membicarakan dia kamu sayang banget sama dia. Emangnya
dia siapa sih?”
Ali tercekat. Bingung antara memberitahukan hal yang
sebenarnya atau bahkan hanya menyimpannya sendiri. Tapi, dia sangat butuh saran
dari seseorang. Bagaimana ini?
“ng…tapi jangan kaget ya” ungkap Ali
Dio tersenyum “iya”
“dia itu …” Belum sempat pembicaraannya dengan Dio selesai,
semua teman-teman grup mereka datang dan membuat suasana ramai
Ali mematung, pembicaraannya dengan Dio belum selesai. Dan
lagi disitu ada Mina, cewek yang baru saja dia ingin sebut namanya.
Dio memperhatikan tatapan Ali. Kemana nih orang ngeliatnya? Pikirnya. Ketika dia mendapati dengan
jelas kemana arah pandangan Ali, hatinya langsung kaget dan sontak membisiki
Ali “jangan bilang kamu suka Mina?”
Ali mengangguk pelan, lalu tersenyum kecil. “aku gak suka,
aku Cuma sayang” jawabnya sambil berbisik
Dio tertegun melihat sahabatnya itu, bener-bener gak habis pikir! Aku kira Ali gak bisa jatuh cinta!
Ternyata dia bisa juga, dan cewek itu Mina! Padahal biasa-biasa banget tuh
cewek, kok bisa ngerebut hatinya si Ali yang super keras kayak batu itu ya? Pikir
Dio dalam hati
***
“hei! Ngapain kamu sama dia!” Ali berlari mendekati Mina
yang sedang marah menatap wajah tukang becak satu persatu.
“Ali? Ngapain disini?” Tanya Mina yang kaget
Ali tidak menjawab. “pergi gak! Atau kulempari nih!”
teriaknya
“idih, situ jangan marah. Kami Cuma mau nawarin tumpangan
keluar. Nyari duit kan sekarang susah”ungkap para tukang becak itu kemudian
meninggalkan Ali dan Mina dengan perasaan kesal
Mina menatap Ali dari belakang dengan rasa penuh keheranan.
Teman-temannya yang lain masih di dalam buat solat Ashar dan seingatnya Ali
tadi juga masih di dalam. Karena hari ini Mina lagi “dapet” jadi izin pulang
duluan.
“ng…Ali kok disini? Gak Sholat?” tanya Mina keheranan
“eh? Oh sudah. Eh hmm … itu hmm”
Ali tergugup mendapati Mina memperhatikannya. Duh, sial! Kok jadi gugup gini?
Gengsi banget!
Mina mengernyitkan dahi. Kenapa
nih orang? Tanyanya. “kamu kenapa sih? Aneh banget?”
“eh nggak hmm, ehem mau ikut?”
Tanya Ali akhirnya berhasil kalem.
Mina mengernyitkan dahinya lagi,
“hah? Bukannya kamu paling anti bonceng orang? Dan lagi, rumah kamu kan ke arah
kanan bukan ke arah kiri?”
Ali menggaruk kepalanya, -duh
sumpah kenapa susah banget ngajakin nih cewek-,
“enggak apa-apa naik aja” Ali menaiki motornya
“nggak ah! Nanti kamu main-main
lagi”
“naik nggak!!!” Ail menggertak
Mina sehingga Mina kaget. “oh, Sorry”
“kamu kenapa sih? Aneh banget
tahu gak! Tuan Ali Baba yang biasanya ogah-ogahan kok jadi baik gini? Kesambet
apa tuan?” tanya Mina heran sambil menyedekapkan tangannya
Ali memakai helmnya dan
menghidupkan mesin motornya “rumah kamu dimana? Aku anterin beneran nih!”
“beneran? Rumah aku tuh di
dekatnya Supermarket Halifah! Jauh banget dari rumah kamu yang diujung kota!
Gak usah deh, ngerepotin” Mina mulai berjalan tapi Ali menghadangnya dengan
motornya
“nih ambil! Naik aja!” Diberinya
helm standar kepada Mina. Mina membelalakkan matanya –ya udah deh, mumpung
gratis!- ujarnya dalam hati, kemudian ikut naik di motor Ali.
Dilihatnya kearah belakang,
berharap tak ada yang melihat. Takut nanti jadi gosip.
“eh curang! Mina dibonceng
Ali!!!” Suara Mai mengagetkan Mina yang melihat teman-temannya mulai
berteriak-teriak mengejek. –oh, pasti besok gosip lagi deh- ujar Mina
Sedang Mina sibuk memikirkan hal
apa yang akan terjadi, Ali yang sudah menjalankan motornya sibuk menenangkan
diri didepan. Tadi ia juga dengan jelas mendengar teriakan teman-temannya. –apa
aku salah ngambil langkah ya?- tanyanya dalam hati
***
Dio disamperin Ali yang sudah
datang dari tadi. “Di, cerita nih!” Ujar Ali
Dio kebingungan –biasanya nih
anak paling telat datang. Kok sekarang malah nomor satu?-
“aku sengaja datang cepat-cepat
supaya bisa ngobrol. Bahaya kalau yang lain udah pada datang soalnya. Lagian
kamu kan orang yang selalu paling cepat datang. Aku gak bisa tidur nih
semalaman” Ali mengekor dibelakang Dio yang menaruh tasnya dahulu didalam kelas
kemudian keluar kembali
“gini nih orang jatuh cinta!
Kebiasaan buruk pun berubah, bagus deh. Cerita apa? Mina lagi?”
“iya”
“kenapa lagi dia? Aku gak tahu
nih, kemarin kan aku cepat pulang gara-gara les.”
“hmm…aku ngebonceng dia pulang
kemarin”
Dio mematung, kaget dengan apa
yang diucapkan Ali. –hah? Beneran? Ali si super pelit ngeboncengin orang sampai
ngeboncengin Mina yang rumahnya jelas-jelas jauh banget dari rumahnya dengan
sukarela?- “kesambet setan apa kamu, Li?”
“enak aja! Gak kesambet apa-apa
tahu! Cuma, aku mau cerita. Setelah aku sadar aku sayang sama dia. Kenapa susah
banget buat bertingkah seperti biasa didepannya? Kemarin aja kalimat nganter
dia pulang, keluar gitu aja dari nih mulut. Tapi bagus juga sih, aku jadi tahu
rumahnya.” Ali senyum-senyum sendiri
“ada yang lihat gak?” pertanyaan
Dio belum sempat dijawab Ali ketika Gea masuk dan meneriaki telinga Ali
“cie…cie!!! Yang kemarin nganter
pulang Mina!” Tuh kan! Gosipnya dah mulai menyebar
Gea menggoda Ali sampai Ali
mengusirnya dengan jengkel dari kelas
“baru aja mau nanya. Ternyata
kamu malah dilihat sama anak-anak satu grup. Lihat aja nanti. Kamu bakal
kesusahan deh, Li! Kamu tahu reputasi kamu gimana di sekolah! ‘gak mau nembak
cewek dan maunya ditembak cewek’! Kalau kayak gini gimana? Masa Mina mau nembak
kamu? Idih gak banget buat ukuran dia!”
Ali diam. Bener banget yang
dibilang Dio. Ali itu terkenal menyebalkan
dan sok di sekolahan. Kalau dia suka sama seseorang pasti seantero
sekolah bakalan tahu. Dan itu pasti gak adil buat Mina!
“aku gak tahu, Di”
***
Mina berjalan melewati koridor
kelas Ali dengan teman-temannya. Ali melihatnya dari dalam kelas, ia sedang
bermain dengan teman-teman di laptop milik Dio.
Ali segera berjalan keluar dengan
cepat. “ng…Mina!”panggilnya
Mina berbalik, tapi setelah
melihat siapa yang memanggilnya. Ia segera mempercepat jalannya dan menyueki
Ali yang salah paham. Tapi toh, ujung-ujungnya mereka ketemu juga saat
berkumpul.
Keadaaan sepi ketika Ali datang. “Mina.
Mana temen-temen cewek yang lain?” tanya Ali ketika mendapati Mina duduk
sendirian di depan Gazebo tanpa seorangpun disampingnya
“ada sih. Tapi lagi pada pergi ke
kantin. Temen-temen cowok mana semua?” Mina bertanya balik
“oh, ada kok. Lagi pada foto kopi
soal-soal Fisika didepan” Ali duduk agak jauh dari Mina.
-huh, tuh kan.Aku ini memang
cewek yang gak disuka cowok kali ya? Bahkan Ali aja gak mau deket-deket hiks-
Mina menutup matanya menahan rasa sedihnya.
-sial! Manis banget sih!-Ali
menatap Mina diam-diam dari tempatnya duduk. “Min. Kamu udah kerjain peer
Biologi gak?” tanyanya membuka pembicaraan
“aku? Udah kumpul tuh” jawab Mina
sambil senyum. –ya udah deh-
“eh, Min. Bagusnya kita liburan
dimana ya?” tanya Ali
“liburan? Gimana gak di puncak
aja? Atau di bukit ujung kota?” jawab Mina
-sial! Andai aja aku bisa percaya
diri duduk disamping dia. Kenapa sih, gengsi ini bikin kesel melulu?- umpat Ali
dalam hati
Mina diam dan Ali diam. –Li,mau
makan? Atau Li, mau snack? Iih, kenapa sih susah banget ngeluarin kata-kata ke
dia? Huh, mana aku gak berani lagi duduk didekat dia. Huh!- Pikir Mina
***
Liburan akhirnya tiba, diputuskan
mereka mendaki di salah satu gunung wilayah kota mereka. Mina dan Ali jalan
bersama Vira dan Erni. Ali adalah ketua kelompok mereka dalam pemanjatan gunung
kali ini. Dan sialnya –untung banget!- Mina dan Ali ditempatkan dalam kelompok
yang sama.
“awas ya, vir, Ni. Jalanannya
licin. Mina? Loh? Mana?” Ali panik tidak melihat Mina dibelakangnya.
“dia ada dibelakang. Ngejaga
Erni.” Ujar vira.
Ali yang melihat tas Erni
kebesaran “sini deh, tukaran tas! Tas aku ringan loh”
Mina melihat dari belakang –tuh
kan, tepat dugaanku. Ali suka sama Erni. Yah, patah hati lagi dan lagi-
***
Malam ini malam terakhir mereka
berkemah. Bintang-bintang indah sekali. Mina duduk disamping Ega dan Dio
disalah satu pohon besar diantara kemah mereka.
“eh, ga. Bagus banget bintangnya!
Di kota susah ngelihat bintang begini” ujar Mina
“iya. Paling enak nembak cewek
nih kalau langitnya cantik begini.” Ujar Ega membuat Mina malu
Ali –enak banget disana-
ikut-ikutan duduk disamping Dio dan Mina “hei!”
Mina melihat Ali langsung merasa
sakit hati “gak ngajak Erni, Li?” tanya Mina sengaja
“hah? Ngapain ngajak dia?” tanya
Ali
“ya iyalah. Kamu kan suka sama
dia” ujar mIna berniat menggoda Ali, padahal dia ingin mengejek!
Ali tertegun –aku tuh sukanya
sama kamu, tahu!- “idih. Astaga! Nggak! Tidak ada yang aku suka kok.” ujar Ali
Dio yang mendengar pembicaraan
Ali dan Mina, membisiki Ega “sst…kita tinggalin mereka berdua yuk”
Ega tersenyum jahil dan mengikuti
Dio yang beranjak dari tempat itu. Ali dan Mina tidak sadar bahwa di tempat itu
hanya tinggal mereka berdua. Sedangkan teman-teman mereka yang lain sudah pergi
kedekat api unggun
“bohong. Jelas-jelas kamu selalu
merhatiin dia. Cie-cie, Ali love Erni!!!” Goda Mina tak henti-henti
Ali jengkel “sembarangan! Enggak
kok! Aku tuh sukanya sama …”
“sama Erni kan? Pwiit” Siul Mina.
“aku udah bilang aku gak suka
Erni! Tapi sama kamu!!!” Ali berteriak didepan wajah Mina yang kaget mendengar kata-kata
Ali
Ali mengerutkan dahi tanda kesal.
Tapi didalam pikirannya, ia mencerna kembali apa yang dia ucapkan. –Astaga!!!-
Ali mematung seperti Mina.
“ng…hmm, itu. kamu suka Erni ya?”
tanya Mina berusah bercanda – bohong! Gak mungkin tadi Ali bilang suka aku. Dia
kan suka Erni?-
Ali yang kesal diejek memegang
bahu Mina “aku-sayang-kamu! Bukan Erni atau siapapun juga! Tapi kamu!
Ngerti???”
Dilepasnya Bahu Mina yang
dicengkeram. –biarin deh! Udah terlanjur!- ujarnya dalam hati.
“gak usah marah-marah gitu! Kamu
bohong kan? Main-main doang kan? Mana mungkin kamu suka aku? Kamu bohong ya?”
tanya Mina pelan namun penuh amarah dan rasa heran
Ali menunduk “aku gak bohong. Aku
beneran. Duh, gini nih. Kenapa malah aku yang nembak? Ya udah deh, kamu suka
aku?”
Mina terdiam –to the point banget
nih orang?- kemudian tersenyum. “ng, kalau aku bilang ya kenapa? Kalau tidak
kenapa?”
“jawab saja! Susah sekali!” Ali
menggertak lagi – duh, gugup- padahal dia sungguh penasaran dengan perasaan
Mina yang susah ditebak
“iya deh iya! Ya!” Kali ini Mina
yang membalas dengan teriakan kemudian segera melangkah cepat ke tempat
teman-teman mereka.
Ali tertawa dan langsung menyusul
langkah kaki Mina. Menatap Mina dari belakang dan kembali ke tempat teman-teman
mereka.
“Lega” ujar mereka berdua dalam
hati
***
“loh? Jadi? Kalian ini pacaran
atau tidak sih?” tanya Dio ketika mereka menunggu bus pulang ke kota.
“hah? Yah, aku gak nanya.” Jawab
Ali yang juga bingung
Mina muncul dari belakang mereka
mengagetkan “pacaran? Emangnya aku mau pacaran sama dia? Iih” ujarnya mengejek
Ali menganga. “beneran nih?”
Mina yang melihat ekspresi wajah
Ali menjadi merah wajahnya. “malu tahu! Emangnya kamu ngajak kita pacaran?
Enggak kan?” bisik Mina ditelinga Ali.
Dio diantara mereka –jadi obat
nyamuk- pergi diam-diam lagi berharap tidak mengganggu.
“aku gak mau ngajak pacaran. Kamu
aja”ujar Ali.
Dio menggelengkan kepalanya
mendengar pembicaraan dibelakang. –gila si Ali. Cewek tuh, Li!-
“enggak mau! Ya udah deh, kalau
gak mau. Toh, emang aku penting buat kamu? Enggak kan?” Mina mengeluarkan
kata-kata itu dengan mudah dengan nada mengejek.
Cup! Sebuah ciuman mendarat di
pipi Mina. Membuat wajah Mina kembali memerah.
“mau jadi pacar aku, nona manis?”
ujar Ali
Mina dengan malu-malu “wah, Tuan
Ali Baba. Itu hal yang lumayan menarik untuk dicoba”
Tawa mereka lepas. Dio yang masih
berada disekitar mereka dan mengintip pembicaraan tersenyum –duh, pacaran aja
kok susah!- “woi! Landing mulu! Bisnya dah datang tuh!” teriaknya
“Iya!!!”
Selesai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar