Fia menghapus papan tulis kelasnya dengan jengkel. –uukh. Kenapa sih semuanya Cuma nyeritain bulu tangkis!!!” Gerutunya dalam hati
Teman-temannya tak ada yang tahu bahwa Fia jengkel dengan topik pembicaraan mereka. Mereka menghiraukan Fia dan asyik bergosip. Apalagi pemain bulu tangkis yang lagi digosipkan itu Hendri Fandi yang cakep dan cool itu!
Fia menaruh penghapus papan tulis dengan setengah membanting, membuat salah satu temannya menoleh. Fia cengengesan, dan kembali dicuekin.
Hatinya panas, “kalian semua kok bicarain bulu tangkis melulu sih? Ganti topik bisa gak?” tanyanya dengan suara datar ketika duduk di antara teman-temannya
Pembicaraan mereka sempat terhenti, tapi kalimat yang dikeluarkan Fia sia-sia saja. Mereka kembali bercerita tentang pujaan hati, Hendri Fandi.
Seminggu setelahnya, topik teman-teman mereka masih sama. Bulu tangkis yang dominan kea rah Hendri Fandi.
Jam kosong diisi teman-teman Fia bergosip ria, tentang pertandingan terbaru Hendri Fandi yang mewakili nusantara. Fia menyendiri, malas mendengarkan.
“eh, Fia! Ngapain sih sendirian?” Tanya Cinta menghampiri bangku Fia, Cinta baru saja tiba dari kantin.
“enggak. Pengen aja kok.” Ujar Fia tersenyum.
“oh ya. Ada pemberitahuan nih. Dengerin yah. Woi semuanya! Dengerin! Besok ada pertandingan bulu tangkis antar sekolah! Jadi diharapkan kalian datang buat jadi supporter! Aku loh yang maen! Oh iya! Buat cewek-ceweknya, ada Hendri Fandi loh. Dia datang jadi guest. Dan buat cowok-cowoknya, Ada Susi Susanti looh!” Teriak Cinta. Semua orang menoleh ke arahnya, kecuali Fia yang menutup telinga.
Teman-teman Fia segera menghampiri meja Fia dengan wajah gembira. “beneran nih? “ Tanya mereka
Dengan sekali anggukan, teriakan terdengar dari muka meja Fia yang merengut. “dia…dia nanti mau ngapain? Main sama siapa? Masa duduk-duduk doang?” Tanya salah satu gadis itu
“enggaklah. Dia bakalan main di acara pembukaan, ngelawan Susi Susanti. Buat nyontohin permainan yang baik dan benar sama para peserta gitu” jelas Cinta membuat teriakan histeris terdengar. Fia mengerutkan dahi.
“eh, Fi. Kamu ikut juga ya! Kita liatin si Hendri Fandi !” Seru gadis-gadis itu
“gimana ya…enggak usah aja deh. Aku males.”ujarnya membuat gadis-gadis itu kecewa
“ayolah, Fi. Kalau kamu gak mau liatin si Hendri, liatin aja aku main! Support aku gitu.”Ajak Cinta
“gimana ya...oke deh. Kalau buat nyupport kamu aku sih mau-mau aja.” Jawab Fia dengan senyuman
Cinta dan temannya yang lain tersenyum membalas.
***
Fia menahan dagu duduk di bangku supporter dekat dari ruang pemain. Fia dan teman-temannya datang cepat tadi. Dan kebetulan sekolah mereka dapat bangku di dekat ruang ganti pemain. Lucky! Kata teman-temannya.
Fia diam, bukan karena ia tidak ingin bicara. Tapi karena semua temannya sedang terpesona menatap Hendri Fandi yang berlaga di lapangan bulu tangkis. “oh, please.”ujar Fia ketika teman-temannya kecewa saat pertandingan Hendri selesai.
“oke guys. Kayaknya aku mesti pergi sebentar.”ungkap Fia
Entah ada apa, salah seorang temannya berkata “kamu itu kenapa sih Fia? Semenjak kami membicarakan Hendri Fandi dan bulu tangkisnya, kamu tuh bête melulu. Terus bawaannya menyendiri. Kamu benci sama bulu tangkis dan Hendri? Kamu pasti gak bisa main bulu tangkis kan!”
Fia mengernyitkan dahi. Bingung. “hah? Kenapa bilang begitu?Aku kan Cuma…”kalimat Fia terpotong. Soalnya teman-temannya melihat Hendri berjalan di lorong menuju ruang ganti pemain.
“kyaa…! Fia liat deh! Hendri tuh ganteng banget ciih!” ungkap temannya yang tadi nyerocos gak jelas.
Fia menyedekapkan tangan dan menggelengkan kepalanya ketika teman-temannya dan supporter lain yang berjenis kelamin wanita berlarian menghampiri Hendri.
Hendri tersenyum dan menyampaikan sesuatu yang membuat fans-fansnya menurut untuk duduk kembali. Fia tertawa melihat teman-temannya.
Hendri memperhatikan para fansnya kembali ke tempat duduk, sambil tersenyum ia menuju bangku penonton. “Fia!” Serunya setengah berlari.
Teman-teman Fia yang tadinya berbahagia dan kegeeran hendak disamperin bintang hati, mematung dan menoleh ke arah Fia yang tersenyum lembut pada Hendri yang meraih tangannya dan mengajaknya berbicara di lorong ruang ganti. Teman-teman Fia mengikuti dari belakang.
“kamu datang juga. Katanya males datang kesini.”Tanya Hendri terlihat senang
“gini ya. Aku datang bukan buat kamu, tapi buat teman aku yang bakalan main hari ini.”Fia mengelak
“ah, masa sih.”Hendri hendak memeluk Fia tapi tangan Fia menahannya
“jangan mendekat! Lupa ya kalau kamu lagi keringatan?” Fia menutup hidung dan tangannya yang lain membuka tasnya. “kamu itu aromanya mengganggu! Kenapa gak langsung handukan?”
Teman-teman Fia berbisik “ih, Fia. Sopan dong sama Hendri!”
Hendri tertawa mendengar kalimat Fia “biarin aja. Aroma yang kayak gini kan bikin kamu kangen sama aku” Ujarnya kepedean
Fia menjulurkan lidahnya kepada Hendri sambil mengotak-atik tasnya mengeluarkan handuk “sini aku keringin dulu” Dikeringkannya bahu dan rambut Hendri.
Teman-temannya hanya menganga melihat Fia dan Hendri yang begitu dekat. Cinta yang ada disitu juga angkat bicara “Fia…kamu kenal Hendri?”
Fia dan Hendri berpandangan mendengar pertanyaan itu. “kamu gak kasih tahu mereka aku siapa?” Tanya Hendri
“loh? Perasaanku udah deh. Emang aku gak pernah bilang ya?” Pertanyaan Fia dibalas gelengan teman-temannya.
Hendri tertawa. “Fia ini calon istri aku di masa depan.”Hendri menjawab gelengan teman-teman Fia dan merubah gelengan itu menjadi kebingungan yang besar. Fia melotot pada Hendri yang membuang muka. Soalnya kata-kata Hendri terlalu berlebihan.
“tunggu. Bukannya Fia benci sama yang namanya bulu tangkis?” Tanya temannya lagi
Kali ini Fia yang menjawab dengan tawa. “oh, kalian salah paham tuh. Aku suka banget sama bulu tangkis. Cuma, dari kemarin-kemarin aku lagi bête aja gara-gara dia! Nelpon, sms, chatting dan apapun itu, Cuma bulu tangkis melulu yang dibahas. Padahal kami kan lumayan jarang ketemu”
“iya betul. Fia tuh, orang yang bikin aku pinter main bulu tangkis! Dia partner aku sejak dulu.”Hendri yang sudah bersih, memeluk bahu Fia. Tapi Fia segera melepaskannya lagi. “kalo gitu aku ganti baju dulu ya, Fi”ujarnya meninggalkan mereka semua yang berdiam kecuali Fia yang mengangguk
Setelah Hendri pergi. Teman-teman Fia menginterogasinya. “kok kamu gak pernah bilang sih kalau kamu kenal Hendri? Sejak kapan?” Tanya mereka
“Loh? Aku udah kenal dia sejak masih TK. Dia waktu itu sudah SD. Kebetulan, aku suka banget main bulu tangkis. Ya udah kami selalu main sama-sama sejak itu”
Teman-temannya belum puas. “kok kamu bisa pacaran? Bukannya pacar kamu tuh Endy yah?”
“Endy itu nama panggilanku buat dia! Oh, ternyata kalian gak tahu itunya toh. Kami pacaran…hehehe. Gara-gara apa ya. Mungkin karena kami sempat terpisah beberapa tahun, terus pas ketemu yah…nyadar kalau saling suka. Eh, ujung-ujungnya pacaran.”Fia memerah wajahnya
Teman-temannya tersenyum getir. Berbalik dan berteriak. “Gak mungkin!!!!!!”